Barisan Angka
Barisan Angka
Satu , dua , cuma ini kata
yang kupunya
Suaramu bersah bersama elegi
rindu
Menahbiskan mentari sebagai
nahkoda, tentu takkan bisa
Karena ia bahkan tak punya
mata untuk melihat dan seuta kata untuk diretas
Tiga , empat aku berhitung sekali
lagi
Menunggu waktu berkeraan di
ujung pintu
Menukar cerita dengan tawa
Bahagia , keramahan di
lantai malam
Lalu kita bersama , tak
seatap tapi bernyawa , bersatu dalam detak raga
Lima, enam angka semakin
sedikit tersisa
Tinggal aku kau dan hamparan
manusia , berjuta di antara kita di ujung pelanduk pagi
Berbisik bersama dahan
paling setia, menunggu embun kala jam lima
Bagaimana akhirnya jika kita
tak tersisa?
Hilang terambil riap-riap
pencabut nafas terdalam
Tujuh , delapan , aku masih
belum bisa masuk menuju rumah pelangi
Tertahan tembok malu , bisu
, gelisah dan bersalah
Lengkap sudah, tapi yang
tersisa tinggal tarikan bintang bersama damar remang penghias malam
semua jadi satu, bercampur
melesat tepat menuju langkah esok yang
terarah
Sembilan , lalu kembali lagi
ke nol
Dari sempurna kembali lagi
ke tiada
Sebab kita manusia , zat
abstrak yang tak bisa merengkuh ke alam keadaan kekal
Sebab kita tak bisa , takkan
pernah bisa membaca aksara yang belum pernah ada!
Komentar
Posting Komentar