Kuburan






Awalnya, kutulis ini untuk menghapusmu
Paling tidak, mengubur suaramu dengan timbunan diksiku
Namun ku salah, suaramu justru melantang melanting di telingaku
Tak kudengar, namun terus menyerapahi dengan baitmu yang membatu

Kini, alkisah semilir menjadi panggung
Kalbu menjadi pagu, rungu melengkapi bisu
Bisukan kebisuanmu dengan pekik tabu
Lalu bubuhi semua dengan lampu

Noktah-noktah mengaliri jari
Membentuk isyarat yang minta disusuri
Tengoklah, bukalah tenggorokan waktu paling sepi
Masuklah, biar suara nyanyian noktah itu menerabas lagi

Tunggulah, kuburanmu belum jadi
Makin kugali agar senantiasa makin dalam
Kalau perlu kugali hingga rahim bumi yang perawan
Agar suaramu, wajahmu, dan kamu bisa kukubur

Semakin dalam, semakin perih kugali
Bor-bor peninggalan ketabahanku sudah tumpul
Minta diganti semangat baru, semangat menjauhimu
Sabar ya, sebentar lagi kamu bahagia disitu

Malam ini, minggu menuju senin
Sepertinya pas untuk upacara penguburanmu
Liang lahat sudah mematuk-matukimu, membuat takzim baru
Maafkan aku bila pemakamanmu terlampau sepi dan larut
Kutaruh suara, bayang, dan jasadmu disitu
Kubaringkan setelah kuurapi petimu yang mewangi
Satu sekop, dua sekop melambaikan tanah untukmu
Selamat jalan kenanganku, jangan mampir lagi ke mimpiku!

2-10-2016

Komentar

Postingan Populer