Kapas

"Kapas"

07:42pm, Sab 31-05-2014

Aku hanyalah jiwa tanpa makna.
Seringan kapas, seputih salju.
Melayang bebas bersama angin lalu.
Lalu terhempas jatuh dan menyatu dalam angan-angan palsu.

Bumi masih bulat, pun juga langit masih biru.
Sesaat lagi malam menjelang, kian gelap kadarnya, ditemani sorak teriakan para pemimpi.
Aku disini mengintip sinaran rasi bintang gemini di langit.
Mencari secercah makna dari bisikan sang empunya hidup.

Malam menutup tirainya, tergantikan oleh fajar yang menyingsing.
cahaya pagi kini terkilas di balik pepohonan.
Membangunkan seisi alam yang terlelap.
Menerangi tiap jiwa dengan api harapan.

Aku disini menanti mahadewi penyempurna hati.
Angin membelai mengusik penantianku.
Panasnya mentari menghunuskan cahaya derita di jiwa.
Dimana, dimanakah kau wahai kasih, teganya kau membuat cintamu menunggu.

Apakah kau tak mendengar panggilan jiwaku?
Apakah jeritku ini terlalu lirih untuk kau dengar?
Ataukah justru kau yang menutup inderamu?
Entahlah, yang jelas rindu ini semakin mengganas, menyiksa sang pemilik asmara.

Memang, aku bukanlah Rama, dan kau bukanlah Sinta.
Aku juga bukan dewata sempurna di langit sana.
Namun ,izinkanlah bunga ini kutanam di hatimu.
Izinkan ia berkembang, menjadi taman sriwedari di sudut hatimu.

Kini nyatalah sudah taman sriwedari di hatimu.
Biar kau tahu indahnya rasa ini.
Walau, kau juga tahu aku hanya sewujud insan fana penghias dunia.
Ketahuilah, tak apalah jika itu adanya, yang penting kasihku hanya satu, hatiku hanya milikmu.

Komentar

Postingan Populer